Breaking News

Popular post

Selasa, 09 April 2013

EPIDEMIOLOGI Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo


BAB 2
EPIDEMIOLOGI

A.   Pengertian dan Peranan Epidemiologi
Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja, tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non-infeksi, sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya. Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit tersebut.
Dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni:
a.             Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun non-infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrition), kecelaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja; sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
b.            Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran­gambaran penyakit individu, maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
c.             Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada kesehatan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pen­dekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
1.            Penyebaran Penyakit
Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang  perlu direnungkan, yakni:
1)      Siapa (who). Siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau orang yang terkena penyakit.
2)      Di mana (where). Di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
3)      Kapan (when). Kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.
Dengan kata lain terjadinya atau penyebaran suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni: orang, tempest dan waktu.
2.            Kegunaan
Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program kesehatan dan keluarga berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi?
Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilamana masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan: prevalensi, kasus baru, case fatality rate, dan sebagainya.


B.   Metode-metode Epidemiologi
Di dalam epidemiologi terdapat 2 tipe pokok pendekatan atom metode, yakni:
1.            Epidemiologi Deskritif (Descriptive Epidemiology)
Di dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut perubahan variable-vari­able epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place), dan waktu (time).
Orang (Person)
Di sini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kolas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga, dan paritas.
(1)         Umur
Umur adalah variable yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
(2)         Jenis kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi di kalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi di kalangan pria pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik.
(3)         Kelas sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering dilihat hubungan­nya dengan angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur, seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan banyak contoh ditentukan pula tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial.
(4)         Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan, yakni:
a.       adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan, dan sebagainya.
b.      situasi pekerjaan yang penuh dengan stres (yang telah dikenal sebagai faktor yang berperan pada timbulnya hipertensi, dan ulcus lambung).
c.       ada tidaknya ‘gerak badan' di dalam pekerjaan; di Amerika Serikat ditunjukkan bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan di mana kurang adanya gerak badan.
d.      karena berkerumum, dalam satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses penalaran penyakit antara para pekerja.
e.       penyakit, karena cacing tambang telah lama diketahui 'terkait pengan pekerjaan di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan Indonesia terutama pola penyakit kronis, misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker.
(5)         Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transpor, dan sebagainya.
(6)         Golongan etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda di dalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan di dalam angka kesakitan atau kematian.
(7)         Status perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin tidak kawin, cerai, dan jada; angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.
(8)         Besarnya keluarga
Di dalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
(9)         Struktur keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan di dalam rumah yang luasnya terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-anggotanya karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia; dan sebagainya.


(10)     Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu maupun si anak. Dikatakan umpamanya terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit penyakit tertentu, seperti asma bronchiole, ulkus peptikum, pilorik, stenosis, dan seterusnya. Tetapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Pentingnya peranan tempat di dalam mempelajari etiologi suatu penyakit menular dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.
Migrasi antardesa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas geografis di dalam mengubah pola penyakit di berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat, udara, dal laut. Lihatlah umpamanya penyakit demam berdarah.
Walaupun telah diadakan standardisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin, memperbandingkan pola penyakit antar­daerah di Indonesia dengan menggunakan data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut belum tentu representatifdan baik kualitasnya.

Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar di dalam analisis epidemiologis. Oleh karena itu, perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu di mana terjadi perubahan angka kesakitan maka dibedakan (1) fluktuasi jangka pendek, di mana perubahan angka kesakitan berlangsung beberapa jam, hari, minggu, dan bulan. (2) perubahan-perubahan secara siklus di mana perubahan-perubahan angka kesakitan terjadi secara berulang­ulang dengan antara beberapa hari, beberapa bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun, dan (3) perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu yang panjang, bertahun-tahun atau puluhan tahun, yang disebut 'secular trends.
Fluktuasi jangka pendek
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influenza (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa bulan).
Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa:
1)      penderit terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau hampir bersamaan waktu inkkubasi rata-rata pendek.
2)      Perubahan perubahan secara siklus

Perubahan-perubahan secara siklus
Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan di mana timbulnya dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam irii dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun -pada penyakit bukan infeksi.
Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu penyakit yang ditularkan melalui vektor secara siklus ini adalah berhubungan dengan (1) ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang bersangkutan, yakni apakah termperatur dan kelembaban memungkinkan transmisi, (2) adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor sedemikian banyak untuk menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi. (3) selalu adanya kerentanan dan atau (4) adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang menyebabkan mereka terserang oleh 'vektor bornedisease' tertentu. (5) tetapnya kemampuan agen infektif untuk menimbulkan penyakit. (6) adanya faktor-faktor lain yang belum diketahui. Hilangnya atau berubahnya siklus berarti adanya perubahan dart salah satu atau lebih hal-hal tersebut.
Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah berkurangnya penduduk yang kebal (meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Banyak penyakit yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka kesakitan secara bermusim. Tentunya observasi ini dapat membantu di dalam memulai dicarinya etiologi penyakit-penyakit tersebut dengan catatan bahwa interpretasinya sulit karena banyak keadaan yang berperan terhadap timbulnya penyakit pada perubahan musim, perubahan populasi hewan, perubahan tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat perkem­bangbiakan. Perubahan dalam susunan reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku manusia, seperti yang menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan sebagainya.
Sebab-sebab timbulnya dan memuncaknya beberapa penyakit karena gangguan gizi secara bermusim belum dapat diterangkan secara jelas.
Variasi musiman ini telah dihubung-hubungkan dengan perubahan secara bermusim dari produksi, distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung bahan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan gizi, maupun keadaan kesehatan individu-individu terutama dalam hubungan dengan penyakit infeksi dan sebagainya.


2.            Epidemiologi Analitik (Analytic Epidemiology)
Pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk menguji data dan informasi-informasi yang diperoleh studi epidemiologi deskriptif.
Ada tiga studi tentang epidemiologi ini, yaitu:
1)      Studi riwayat kasus (case history studies). Dalam studi ini akan dibandingkan antara dua kelompok orang, yakni kelompok yang terkena penyakit dengan kelompok orang tidak terkena (kelompok kontrol).
2)      Studi Kohort (kohort studies). Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab penyakit (agent). Kemudian, diambil sekelompok orang lain yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama, tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol. Setelah beberapa saat yang telah ditentukan kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari perbedaan antara kedua kelompok tersebut bermakna atau tidak.
3.            Epidemiologi Eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada kelompok subjek, kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dikenakan percobaan).

C.   Pengukuran Epidemiologi
Di dalam uraian terdahulu telah diuraikan bagian dari epidemiologi yang bertujuan melihat bagaimana penyebaran kesakitan dan kematian menurut sifat-sifat orang, tempat dan waktu. Di dalam uraian ini akan diuraikan berbagai ukuran kesakitan dan kematian yang lazim dipakai dalam survei atau penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Ukuran dasar yang akan dibicarakan di sini adalah 'rate'.
Dalam hubungan dengan kesakitan akan dibicarakan insidence rate, prevalence rate (point period prevalence rate), at-lock rate, dan dalam hubungan dengan kematian akan dibicarakan crude death rate, disease specific  rate dan adjusted death rate. Sebelum membicarakan masing-masing tersebut perlu dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1)      Untuk penyusunan rate dibutuhkan tiga elemen, yakni (a) jumlah orang yang terserang penyakit atau yang meninggal, (b) jumlah penduduk dari mana penderita berasal (reference population), dan (c) waktu atau periode di mana orang-orang terserang penyakit.
2)      Apabila pembilang terbatas pada umur, seks, atau golongan. tertentu maka penyebut juga harus terbatas pada umur, seks, atau golongan yang sama.
3)      Bila penyebut terbatas pada mereka yang dapat terserang atau terjangkit penyakit, maka penyebut tersebut dinamakan populasi yang mempunyai risiko (population at risk).

D.   Epidemiologi Penyakit-penyakit Menular
1.            Konsep Dasar Terjadinya Penyakit
Suatu penyakit timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik dari agen, induk semang atau lingkungan. Pendapat ini tergambar di dalam istilah yang dikenal luas dewasa ini, penyebab majemuk (‘multiple causation of disease') sebagai an dari penyebab tunggal (‘single causation’). Di dalam usaha ara ahli untuk mengumpulkan pengetahuan mengenai timbulnya penyakit, mereka telah membuat model-model $timbulnya penyakit dan atas dasar model-model tersebut dilakukanlah eksperimen terkendali untuk menguji sampai di mana kebenaran dari model-model tersebut.
Tiga model yang dikenal dewasa ini ialah (1) segitiga epidemiologic (the epidemiologic triangle), (2) jaring-jaring sebab akibat (the web of causation), dan (3) roda (the wheel).


a.            Segitiga Epidemilogi
b.            Jaring-jaring sebab akibat
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan.
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melaninkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat'. Dengan demikian  maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik.
c.             Roda
Model roda hanya memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu mementingkan agent. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan. Sebagai contoh, peranan lingkungan biologis lebih besar dari yang lainnya pada penyakit yang penularannya melalui vektor (vector home disease).


2.            Penyakit menular
Yang dimaksud dengan penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpiundah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya (hadirnya) agent atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah.
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain karena 3 faktor berikut:
a.             Agent (penyebab penyakit)
b.            Host (induk semang)
c.             Route of transmission (jalannya penularan).
Keadaan tersebut dapat dianalogikan seperti per­kembangan suatu tanaman. Agent diumpamakan sebagai biji, host sebagai tanah, dan route of transmission sebagai iklim
a.      Agent-agent infeksi (Penyebab infeksi)
Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting di dalam epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan menjadi:
1)      Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya.
2)      Golongan riketsia, misalnya: tifus.
3)      Golongan bakteri, misalnya disentri.
4)      Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schisto­soma, dan sebagainya.
5)      Golongan jamur yakni bermacam-macam panu, kurap, dan sebagainya.
6)      Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris (cacing gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing tambang, dan sebagainya.
Agar agent atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive), maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1)      Berkembang baik.
2)      Bergerak atau berpindah dari induk semang.
3)      Mencapai induk semang baru.
4)      Menginfeksi induk semang baru. tersebut.

Kemampuan agent penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan manusia adalah suatu faktor penting dalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit penyakit -(penyebab penyakit) mempunyai habitat sendiri-sendiri, sehingga ia dapat tetap hidup. Dari sini timbul istilah. reservoir, yang diartikan sebagai berikut 1) Habitat, tempat bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang, 2) Survival, tempat bibit penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat, sehingga dapat tetap hidup.
Reservoir di dalam manusia
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir dalam tubuh manusia antara lain, campak (measles), cacar air (small pox), tifus (typhoid), meningitis, gonoirhoea, dan sifilis Manusia sebagai reservoir dapat menjadi kasus yang aktif dan carrier.
Carrier
Carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit dalam tubuhnya, tanpa menunjukkan adanya gejala penyakit, tetapi orang tersebut dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. Convalescant Carriers adalah orang masih Mengandung bibit penyakit setelah sembuh dari suatu penyakit.


Reservoir pada binatang
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada binatang umumnya adalah penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada binatang vertabrata yang dapat menular pada manusia. Penularan penyakit-penyakit pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni:
1)      Orang makan daging binatang yang menderita penyakit misalnya, cacing pita.
2)      Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui pinjal tikus, malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan nyamuk.
3)      Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang, misalnya rabies.
Benda-benda mati sebagai reservoir
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada benda-benda mati pada dasarnya adalah saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit penyakit ini berkembang biak pada lingkungan yang cocok untuknya. Oleh karena itu, bila terjadi perubahan temperatur atau kelembaban dari kondisi di mana ia dapat hidup, maka ia berkembang biak dan siap infektif. Contoh clostradium tetani penyebab tetanus, C. otulinum penyebab keracunan makanan, dan sebagainya.

b.      Sumber infeksi dan penyebaran penyakit
Yang dimaksud sumber infeksi adalah semua benda, termasuk orang atau binatang yang dapat melewatkan menyebabkan penyakit pada orang. Sumber penyakit ini mencakup juga reservoir seperti telah dijelaskan sebelumnya.
Macam-macam penularan (mode of transmission) suatu penyakit bias dengan kontak langsung dengan penderita, melalui pernapasan, infeksi, penetresi pada kulit dan infeksi melalui placenta.


c.    Faktor induk semang (host)
Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan kata lain penyakit-penyakit dapat terjadi pada seseorang tergantung/ditentukan oleh kekebalan/ resistensi orang yang bersangkutan.
d.   Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
Untuk pencegahan dan penanggulangan ini ada 3 pendekatan atau cara yang dapat dilakukan:
a)      Eliminasi reservoir (sumber penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan:
(1)   Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di tempat yang khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
(2)   Karantina, adalah membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya bersama-sama penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama, misalnya karantina untuk penderita kusta.

b)      Memutus mata rantai penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene per­orangan merupakan usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau mata rantai penularan penyakit menular.
c)      Melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan
Bayi dan anak balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu perlindungan khusus (specific protection) dengan imunisasi, balk imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat prophylacsis tertentu juga dapat mencegah penyakit malaria, meningitis dan disentri baksilus.
Pada anak usia muda gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut. Oleh sebab itu, mening­katkan gizi anak merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak.
E.         Imunisasi
1.            Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
2.            Macam Kekebabalan
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2, yakni‑
a.    Kekebalan tidak spesifik (non-spesifik resistance)
Yang dimaksud dengan faktor-faktor non-khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit,- misalnya; kulit, air mata, cairan-cairan khusus yang ke luar dari perut (usus), adanya reflek-reflek tertentu misalnya batuk, bersin dan sebagainya.
b.   Kekebalan spesifik (specipic resistance)
Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari dua sumber, yakni:
(1)   Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan dengan ras (warna kulit) dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (Negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax.


(2)   Kekebalan yang diperoleh (acquaied immunity)
`Kebebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu.
3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekebalan
Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan, antara lain umur, seks, kehamilan, gizi, dan trauma.
a.       Umur
Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita), dan orang tua lebih mudah terserang. Sedangkan pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang kebal terhadap penyakit-penyakit menular tentu.
b.      Seks
Untuk penyakit-penyakit menular tententu seperti polio dan diphteia lebih parah terjadi pada wanita daripada pria.
c.       Kehamilan
wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit-penyakit menular tertentu misalnya penyakit polio, pnemonia, malaria serta amebiosis. Sebaliknya untuk penyakit typhoid dan meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.
d.      Gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi, sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi.
e.       Trauma
Stres salah satu bentuk trauma merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.
Kekebalan masyarakat (heard immunity)
Kekebalan yang terjadi pada tingkat komuniti disebut ‘heard immunity'. Apabila heard immunity di masyarakat randah, masyarakat tersebut akan mudah terjadi wabah, sebaliknya apabila heard immunity tinggi, maka wabah jarang terjadi pada masyarakat tersebut.
Masa  inkubasi
Masa inkubasi adalah jarak waktu dari mulai terjadinya infeksi di dalam diri orang sampai dengan munculnya gejala­gejala atau tanda-tanda penyakit pada orang tersebut. Tiap-tiap penyakit infeksi mempunyai masa inkubasi berbeda-beda, mulai dari beberapa jam sampai beberapa tahun.
4.            Jenis-jenis Imunisasi
Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis imunisasi:
a.       Imunisasi pasif (pasive immunization)
Imunisasi pasif ini adalah 'inmuno globulin jenis imunisasi ini dapat mencegah penyakit campak (measles) pada anak‑anak.
b.      Imunisasi aktif (active immunization)
lmunisasi yang diberikan pada anak adalah:
·         BCG, untuk penyakit TBC.
·         DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit diptheri, partusis dan tetanus.
·         Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis.
·         Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles).
lmunisasi pada ibu hamil dan calon pengantin adalah Imunisasi tetanus toxoid. Imunisasi ini untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang dilahirkan.


5.   Tujuan Program Imunisasi
a.       Tujuan
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi- Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio, dan tuberkulosis.
b.      Sasaran
·         Bayi di bawah umur 1 tahun (0 - 11 bulan)
·         Ibu hamil (awal kehamilan - 8 bulan).
·         Wanita usia subur (calon mempelai wanita).
·         Anak sekolah dasar kelas I dan VI.
c.       Pokok-pokok kegiatan
1.      Pencegahan terhadap-bayi (imunisasi lengkap)
2.      Pencegahan terhadap anak sekolah dasar
3.      Pencegahan lengkap terhadap ibu hamil dan PUS/calon mempelai wanita
4.      Jadwal pemberian imunisasi seperti terlihat pada bagan.
5.      Petunjuk pemberian vaksinasi diphteri, terutama pada anak SD, seperti yang sudah ditentukan.
6.      Pemantauan
Pemantauan harus dilakukan oleh semua petugas baik pimpinan program, supevisor dan petugas paksinasi. Tujuan pemantauan untuk mengetahui:
a.       Sampai di mana keberhasilan kerja kita.
b.      Mengetahui permasalahan yang ada
c.       Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki program.
d.      Bantuan yang diharapkan oleh petugas tingkat bawah.


Hal-hal yang perlu dipantau (dimonitor)
1)            Coverage dan drop out.
2)            Pengelolaan vaksin dan colk chain.
3)            Pengamatan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Dilihat dari waktu, maka pemantauan dapat dilakukan dalam: Pemantauan ringan dan Pemantauan Bulanan.
Cara memantau cakupan imunisasi dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain:
·         Cakupan dari bulan ke bulan dibandingkan dengan garis target, dapat digambarkan masing-masing bulan atau dengan cara komulatif.
·         Hasil cakupan per triwulan untuk masing-masing desa.,

Tidak ada komentar:

Designed By