BAB 9
A. Pendahuluan
Bayi atau anak balita yang kekurangan
gizi sangat rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi, termasuk diare dan
infeksi saluran akut, utamanya pneumonia. Oleh sebab itu, perbaikan gizi
masyarakat yang difokuskan pada perbaikan bayi dan anak balita merupakan awal
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kekurangan gizi
pada bayi akan berakibat terhadap munculnya masalah kesehatan yang lain, dan
akhirnya akan berdampak terhadap menurunnya derajat kesehatan masyarakat.
Kekurangan zat-zat gizi pada makanan
bayi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan. Di samping
itu, bayi menjadi lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan selanjutnya bahkan
dapat mengakibatkan kematian bayi tersebut. Oleh karena itu, pemenuhan
kebutuhan gizi bayi sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Gizi untuk
bayi yang paling sempurna dan paling murah bagi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI).
Manfaat ASI saat ini sudah tidak dapat diragukan lagi dan pemerintah juga
telah menggalakkan pemberian ASI secara ekslusif. Namun, setelah
sekurang-kurangnya bayi berumur di atas 4 bulan, untuk memenuhi kebutuhan akan
zat gizi, bayi biasanya diberikan susu formula atau makanan tambahan lainnya.
Pada kenyataannya, kaum ibu khususnya di kota-kota besar, dewasa ini cenderung
memilih memberikan susu formula baik sebagai pengganti ataupun pendamping ASI
dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi bayi mereka.
Secara teoretis maupun praktis
berdasarkan pengalaman ibu-ibu di lapangan, susu formula memang sangat
dibutuhkan untuk menggantikan gizi makanan pada bayi. Namun, pada kenyataannya
susu formula memang masih mahal, terutama bagi ibu-ibu dari kalangan ekonomi
menengah ke bawah. Oleh sebab itu, tantangan bagi praktisi kesehatan masyarakat
adalah menciptakan makanan lokal yang kaya akan protein, vitamin, dan mineral
yang dapat menggantikan susu formula.
B. Pentingnya Gizi bagi
Bayi
Bayi memerlukan gizi pada makanan yang
berbeda-beda sesuai dengan umurnya. Misalnya, pada bayi yang berumur kurang
dari 4 bulan, kebutuhannya akan zat-zat gizi berbeda dengan bayi yang berumur
di atas 4 bulan.
Menurut Karjadi (1986) banyak para
peneliti yang menaruh perhatian terhadap perkembangan Otak di mana sangat erat
hubungannya dengan perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Jaringan otak
anak yang tumbuh normal akan mencapai 80% berat otak orang dewasa sebelum
berumur 8 tahun, sehingga dengan demikian apabila pada masa ini terjadi
gangguan gizi kurang dapat menimbulkan kelainankelainan fisik maupun mental.
Sementara Stoch & Smythe (1963)
mengemukakan dalam buku yang sama bahwa gizi kurang pada masa bayi dan
anak-anak mengakibatkan kelainan yang sulit atau tidak dapat disembuhkan dan
menghambat perkembangan selanjutnya. Pek Hiem Liang, dkk. dalam Suhardjo (1986)
dari basil penelitian terhadap kecerdasan (IQ) anak-anak usia 5-15 tahun (yang
pernah mengalami gizi kurang diri) perkembangan intelektual Berta perkembangan
fisiknya banyak dipengaruhi oleh status gizinya selama masa bayi sampai
prasekolah. Dobbing (1974) menyatakan bahwa terdapat 'masa kritis' dalam
perkembangan otak manusia di mana pada masa otak berkembang tepat akan sangat
rawan terhadap gizi kurang dan ini berada sejak 2 bulan &lam kandungan
sampai dengan umur 2 tahun.
Pengaruh gizi kurang pada waktu bayi
yang diteliti di kalangan anak-anak Jamaica menunjukkan bahwa setelah umur 6-10
tahun, IQ anak-anak yang menderita gizi kurang pada waktu bayi lebih rendah
daripada IQ anak-anak yang cukup gizi pada masa bayinya.
Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh
mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan din terhadap penyakit infeksi.
Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang
berarti kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi
turun. Oleh karena itu, setiap bentuk gangguan gizi sekalipun dengan gejala
defisiensi yang ringan merupakan pertanda awal dari terganggunya kekebalan
tubuh terhadap penyakit infeksi. Penelitian yang dilakukan dj berbagai negara
menunjukkan bahwa infeksi protozoa pada anak-anak yang tingkat gizinya buruk
akan jauh lebih parah dibandingkan dengan anak-anak yang gizinya baik.
Gizi buruk mengakibatkan terjadinya
gangguan terhadap produksi antibodi dalam tubuh. Penurunan produksi antibodi
tertentu akan mengakibatkan mudahnya bibit penyakit masuk ke dalam tubuh
seperti dinding usus. Dinding usus dapat mengalami kemunduran dan. juga dapat
mengganggu produksi berbagai enzim untuk pencernaan makanan. Makanan tidak
dapat dicerna dengan baik dan ini akan menyebabkan terganggunya penyerapan zat
gizi sehingga dapat memperburuk keadaan gizi (Pudjiadi, 1990).
Meskipun data penyebab kematian bayi dan
anak jarang menyebutkan secara eksplisit peranan ragam gizi pada bayi, tetapi
banyak para ahli gizi masyarakat menekankan pentingnya gizi sebagai salah satu
upaya untuk menurunkan AKB (Angka Kematian Bayi) dan anak serta meningkatkan
mutu hidup. Dengan kata lain dalam kebijaksanaan pembangunan kesehatan, ragam
gizi diakui sebagai salah satu penyebab penting tingginya mobilitas dan
mortalitas bayi di Indonesia khususnya, dan di negara-negara berkembang pada
umumnya.
Telah banyak bukti penelitian yang
menunjukkan bahwa penyebab utama dari kematian, penyakit dari terlambatnya
pertumbuhan anak (retarted growth) di negara-negara belum maju merupakan
kompleksitas hubungan timbal balik yang saling mendorong atau sinergisme antara
status gizi dan infeksi (Schrimshaw, dkk. 1968; Chen & Schimshaw, 1981).
C. Gizi Bayi dan Susu
Formula
Semua orang telah mengakui bahwa air
susu ibu (ASI) tidak perlu diragukan lagi sebagai makanan bayi yang paling
baik. Akan tetapi kadang-kadang oleh suatu sebab tertentu ibu harus menambah
atau mengganti ASI ini dengan makanan lain. Keadaan yang mengaharuskan ibu
menggantikan ASI kepada bayi atau anaknya antara lain:
a.
Air susu ibu (ASI)
tidak keluar.
b.
Ibu meninggal sewaktu
melahirkan atau waktu bayi masih memerlukan ASI.
c.
ASI keluar tetapi
jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan bayi.
d.
ASI keluar tetapi ibu
tidak dapat terus menerus menyusui bayinya karena ibu berada di luar rumah
(bekerja di kantor, kebun atau tugas lainnya).
European Society for Paediatric
Gactroenterdogy and Nutrition (ESPGAN) Committe on Nutrition dalam
publikasinya pada tahun 1977 membagi formula bayi (infant formula) dalam 2
jenis, formula awal (starting formula) dan formula lanjutan (follow-up
formula). Starting formula dalam bentuk bubuk (di Amerika Serikat dan Eropa
dipasarkan pula dalam bentuk cair) setelah ditambah dengan sejumlah air sesuai
dengan petunjuk produsennya dan jika pemberian sehari-harinya cukup, harus
dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizi esensial bagi bayi sampai umur
4-6 bulan, dan bersama-sama dengan makanan tambahannya seperti buah, bubur
susu, dan nasi tim sampai umur 1 tahun. Starting formula dibagi lagi dalam 2
golongan formula adaptasi (adapted formula) dan formula awal lengkap (complete
starting formula).
1.
Formula Adaptasi
Adapted berarti disesuaikan dengan
kebutuhan bayi baru lahir. Formula adaptasi ini untuk bayi baru lahir sampai
umur 6 bulan. Susunan formula adaptasi sangat mendekati susunan ASI dan sangat
baik bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Pada umur di bawah 3-4 bulan
fungsi saluran pencemaan dan ginjal belum sempurna hingga pengganti ASI-nya
harus mengandung zat-zat gizi yang mudah dicerna dan tidak mengandung mineral
yang berlebihan.
Komposisi yang dianjurkan oleh
ESPGAN (1977) setelah bubuk formula tersebut dicairkan sesuai petunjuk
produsennya ialah:
a.
Lemak
Kadar lemak disarankan antara 2,4-4,1 gr
tiap 100 ml. Komposisi asam lemaknya harus sedemikian hingga bayi umur 1 bulan
dapat menyerap sedikitnya 8,5%. Disarankan juga bahwa 3-6% dari kandungan
energi harus terdiri dari asam linoleat.
b.
Protein
Kadar protein harus berkisar antara 1,2
dan 1,9 gr/100 ml dengan rasio whey/kasein 60/40 oleh karena kandungan protein
pada formula ini relatif rendah maka komposisi asam aminonya harus identik atau
hampir identik dengan yang terdapat dalam protein ASI.
c.
Karbohidrat
Disarankan untuk formula ini kandungan
karbohidratnya antara 5,4 dan 8,2 gram bagi tiap 100 ml. Dianjurkan supaya
hampir seluruhnya memakai laktosa, selebihnya glukosa atau dekstrin-maltosa.
Hal ini karena laktosa mudah dipecah menjadi glukosa dan galaktosa dengan
bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak
lahir. Laktosa juga merangsang pertumbuhan laktobasilus bificfus.
d.
Mineral
Konsentrasi sebagian besar mineral dalam
susu sapi seperti natrium, kalsium, kalium, fosfor, magnesium, dan klorida,
lebih tinggi 3-4 kali dibandingkan dengan yang terdapat pada ASI. Pada
pembuatan formula adaptasi kandungan berbagai mineral harus diturunkan hingga
jumlahnya berkisar antara 0,25 dan 0,34 gram tiap 100 ml. Kandungan mineral dalam
susu formula adaptasi memang rendah dan mendekati yang terdapat pada ASI.
Penurunan kadar mineral diperlukan oleh bayi karena dapat mengganggu
keseimbangan air dan dehidrasi hipertonik.
2.
Formula AwaL Lengkap
Berbeda dengan formula adaptasi,
pada formula ini terdapat kadar protein yang lebih tinggi dan rasio antara
fraksifraksi proteinnya tidak disesuaikan dengan rasio yang terdapat dalam
susu ibu. Selain itu kadar sebagian mineralnya lebih tinggi dibandingkan dengan
formula adaptasi. Keuntungan dari formula ini terletak pada harganya. Berhubung
pembuatannya tidak begitu rumit maka ongkos pembuatannya juga lebih murah
sehingga dapat dipasarkan dengan harga yang lebih rendah. Susu formula awal
lengkap ini diberikan untuk bayi berusia 4-6 bulan.
3.
Formula Lanjutan
Formula ini diperuntnkkan bagi bayi
berumur 6 bulan ke atas. Telah diuraikan bahwa formula adaptasi dibuat
sedemikian, sehingga tidak memberatkan fungsi pencernaan dan ginjal yang pada
waktu lahir belum sempurna. Maka dari itu dalam formula adaptasi zat-zat
gizinya cukup untuk pertumbuhan yang normal dan mencegah timbulnya penyakit-
penyakit gizi yang disebabkan oleh kekurangan maupun kelebihan masukan zat-zat
gizi tersebut. Oleh karena pada umur 4-5 bulan fungsi organ-organ sudah memadai
maka kelebihan zat gizi dapat dikeluarkan lagi oleh ginjal. Di samping itu,
dengan pertumbuhan yang cepat dan aktivitas fisik yang bertambah maka formula
adaptasi tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan bayi di atas 6 bulan,
pertumbuhan yang cepat memerlukan protein ekstra untuk perkembangan dan juga
lebih banyak mineral. Formula lanjutan dapat diberikan pada anak dari usia 6
bulan - 3 tahun.
D.
Makanan
Tambahan
ASI dalam jumlah yang cukup memang
merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6
bulan pertama. Namun, setelah umur 4 bulan, kebutuhan gizi bayi meningkat
sehingga bayi memerlukan makanan tambahan yang tidak seluruhnya dapat dipenuhi
oleh ASI saja. Setelah bayi berumur 4 bulan secara berangsur-angsur perlu
diberikan makanan tambahan berupa sari buah atau buah-buahan segar, makanan
lumat, dan akhirnya makanan lembek.
1.
Pentingnya pemberian
makanan tambahan
Tujuan dan pentingnya pemberian
makanan tambahan menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi: 1992) antara
lain:
a.
Melengkapi zat-zat gizi
yang kurang terdapat dalam ASI
b.
Mengembangkan kemampuan
bayi-untuk menerima, bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur.
c.
Mengembangkan kemampuan
bayi untuk mengunyah dan menelan.
d.
Melakukan adaptasi
terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi.
2.
Cara memberikan makanan
tambahan
Agar makanan tambahan dapat
diberikan dengan efisien, sebaiknya diperhatikan cara-cara pemberiannya sebagai
berikut.
a.
Diberikan secara
berhati-hati, sedikit demi sedikit, dari: bentuk encer secara berangsur-angsur
ke bentuk yang lebih kental.
b.
Makanan baru
diperkenalkan satu persatu dengan memperhatikan bahwa makanan betul-betul dapat
diterima dngan baik.
c.
Makanan yang
menimbulkan alergi, yaitu sumber protein hewani diberikan terakhir.
d.
Makanan jangan
dipaksakan, sebaiknya diberikan pada waktu bayi lapar.
E. Kebutuhan
Gizi pada Bayi
Pemberian makanan tambahan sebagai makanan pendamping
ASI harusdisesuaikan dengan umur bayi. Karena itu alternative pemenuhan gizi
bayi pun harus disesuaikan dengan umur bayi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar