A. KONSEP DASAR MEDIK
1. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau proses spesifik (m.tuberkulosa, jamur). Pembagian osteomielitis yang lazim dipakai:
1. Osteomielitis
primer yang disebabkan penyebaran secara hematogen dari focus lain.
Osteomielitis primer dapat dibagi menjadi osteomielitis akut dan primer.
2. Osteomielitis
sekunder atau osteomielitis perkontinuitatum yang disebabkan penyebaran
kuman dari sekitarnya, seperti bisul dan luka.
Osteomielitis adalah
infeksi tulang. Osteomielitis dapat menjadi masalah yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan eksteremitas.
Infeksi
bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (misal: lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran
nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi
di tempat dimana terdapat trauma atau dimana terdapat resistensi rendah,
kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Osteomielitis
dapat berhubungan dengan infeksi jaringan lunak (missal: ulkus
dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) ayau kontaminasi langsung
tulang (misal: fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak,
pembedahan tulang)
Osteomielitis
merupakan infeksi tulang ataupun sum-sum tulang, biasanya disebabkan
oleh bakteri piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa mengenai
semua usia tetapi umumnya mengenai anak-anak dan orang tua.
Osteomielitis juga mengenai orang dengan gangguan kondisi kesehatan yang
serius. Ketika tulang terinfeksi maka sumsum tulang akan membengkak dan
menimbulkan tekanan pada dinding tulang, namun karena dinding tulang
bersifat rigid maka pembuluh darah yang ada di di dalam sumsum tulang
tersebut akan terkompresi sehingga menurunkan suplai darah ke tulang.
Tanpa suplai darah yang cukup, bagian-bagian tulang dapat mengalami
nekrosis. Bagian
tulang yang mati tersebut sulit untuk diobati karena sel-sel leukosit
dan antibiotik sulit untuk mencapainya. Infeksi pada tulang dapat juga
menyebar dengan terbentuknya pus dan menginfeksi jaringan lunak
disekitarnya seperti otot.
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur.
Infeksi
tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena
terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum yaitu pembentukan tulang
baru disekitar jaringan tulang mati (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G.
Bare, 1996 : 2342).
2. EPIDEMIOLOGI
Osteomielitis
masih merupakan permasalahan di Negara kita karena tingkat hiegenis
yang masih rendah, pemahaman mengenai penatalaksaan yang belum baik,
diagnosis yang sering terlambat sehingga biasanya berakhir dengan
osteomielitis kronis dan fasilitas diagnostic yang belum memadai di
Puskesmas. Angka kejadian osteomieliyis d Indonesia pada saat ini masih
tinggi sehingga kasus osteomielitis tulang dan sendi juga masih tinggi.
Pengobatan osteomielitis memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang
tinggi. Banyak klien fraktur terbuka yang dating
terlambat dan biasaya dating dengan komplikasi osteomielitis.
Osreomielitis adalha infeksi pada tulang dan medulla tulang, baik karena
infeksi piogenik maupun non piogenik, misalnya Mycokobacterium
tuberkolosis.
3. PENYEBAB
Osteomielitis hematogen akut dapat disebabkan oleh:
1. Staphylococcus aureus hemolyticus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh Streptococcus hemolyticus
2. Haemophilus influenzae (5-50%) pada usia di bawah 4 tahun
3. Organisme lain seperti B. coli, B. aeruginosa capsulata, Proteus mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerob yaitu Bacterioides fragilis.
4. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor Predisposisi Osteomeilitis Hematogen Akut
1. Usia (terutama menhenai bayi dan anak-anak)
2. Jenis kelamin terutama (lebih sering pada pria daripada wanita dengan perbandingan 4:1)
3. Trauma
( Hematoma akibat trauma pada daerah metafisis merupakan salah satu
factor predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut)
4. Lokasi
( osteomielitis hematogen akut sering terjadi di daerah metafisis
karena daerah ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan
tulang)
5. Nutrisi, lingkungan, dan imunitas yang buruk serta adanya focus infeksi sebelumnya (seperti bisul, tonsillitis).
Penyebaran osteomeilitis terjadi melalui 2 cara yaitu ;
1. Penyebaran umum melalui sirkulasi darah berupa bakteremia dan septikimiaatau melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multilokal pada daerah daerah lain.
2. Penyebaran local (abses subperiosteal) akibat penerobosan abses melalui poroesteum, selulitis
akibat abses subperiosteal menembus sampai ke bawah kulit,penyebaran
kedalam sendi sehingga terjadi aktritisseptik,atau penyebaran ke medulla
tulang sekitarnya sehingga sistim sirkulasi dalam tulang terganggu.hal
ini menyebabkan kematian tulang local dengan terbentuknya tulang mati
yang disebut sukuestrum.
5. PATOFISIOLOGI
Patologi
yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung pada usia,daya
tahan klien,lokasi infeksi,dan virulensi kuman.Infeksi terkjadi melalui
saluran darah dari focus ditempat laindalam tubuh pada fase
bakteremiadan dapat menimbulkan septikimia.Embulus infeksi kemudian
masuk ke dalam juksta empifisis pada daerah metafisis tulang
panjang.Proses selanjutnya adalah tejadi hyperemia dan edema di daerah
metafisis di sertai dengan pembentukan pus.Terbentuknya pus ketika
jaringan tulangtidak dapat bersekpensi,menyebabkan tekanan dalam tulang
meningkat.Peningkatan tekanan dalam tulang menyebabkan terjadinya
sirkulasi dan timbul trombosispada pembuluh darah tulng dan akhirnya
menyebabkan nekrosis tulang.disamping proses yang di sebutkan di
atas,pembentukan tulang baru yang ektensif terjadi pada dalam poreosteus
sepanjang deafisis(terutam pada anak-anak)sehingga terbebtuk suatu
lingkuangan tulang seperti peti mayatdengan jaringan sekuestrum di dalam
nya.proses ini terlihat jelas pada akhir minggu ke dua.Apabial pus
menembus tulang ,terjadi pengalian pus (discharge)keluar melalui lubang
yang di sebut kloakaatau melalui sinus pada jaringan lunak dan
kulit.Pada tahap selanjutnya, penyakit osteomielitis kronis.Pada daerah
tulang kanselus,infeksi dapat terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan
fibrosa yang membentuk abses tulang kronis.
(Pohon masalah di halaman berikutnya)
Gambaran
klinis osteomeilitis hematogen bergantung pada stadium fotogenesis
penyakit.osteomeilitis hematogen berkembang secara cepat.pada keadaan
ini,mungkin dapat ditemukan infeksi bakteri pada kulit dan saluran nafas
atas.Gejala lain dapat berupa nyeri konstanpada daerah infeksi atau
nyeri tekandan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang
bersangkutan.Gejala timbul akibat bakteremia dan septikimiayang berupa
nafas tinggi,malaise,serta nafsu makan yang berkurang.Pada orang
dewasa,lokasi infeksi nya biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal
yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urogolis dan dapat di
temukan riwayat diabetes militus,malnutrisi,adiksi obat-obatan atau
pengobatan dengan imunosupresif.Oleh karena itu ,riwayat tentang hal
tersebut perlu ditanyakan.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan darah; sel
darah putih meningkat sampai 30.000 disertai laju endap
darah;pemeriksaan titer antibody anti-stafilokokus;pemeriksaan kultur
darah untuk menentukan bakterinya(50% POSITIF)dan di ikuti uji
sensetivitas.selain itu,harus diperiksa adanya penyakit anemia sel sabit
yang merupakan jenis osteomeilitisyang jarang terjadi.Pemerisaan feces ;pemeriksaan feces untuk kultur dilakukan bila trdapat kecurigaaninfeksi oleh bakteri.Pemeriksaan biopsy;pemeriksaan di lakukan pada tempat yang di curigai.Pemeriksaan ultra sound;pemeriksaan ini dapat memperlihatkan efusi pada sendi.
Pemeriksaan radiologi;Pada
pemeriksaan foto polos sepuluh hari pertama,tidak di temukan kelainan
radiologis yang berarti,dan mungkin hanya di temukan pembengkakan
jaringan lunak.Gambaran destruksi tulang dapat dilihat setelah sepuluh
hari(2 minggu).Pemeriksaan radioisotope akan memperlihatkan penangkapan
isotop pada daerah lesi.
8. PROGNOSIS
Beberapa
komplikasi yang sering terjadi osteomielitis hematogen yang perlu
diketahui perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik
sehingga resiko komplikasi dapat di hindari adalah seabagi berikut;
1.Septikimia .Dengan makin tersedianya obat antibiotik yang memadai ,kematian pada septikimia saat ini jarang ditemukan.
2. Infeksi
yang bersifat metastatik.infeksi dapat berfermentasi ke tulang /sendi
lainya,otak dan paru-paru dapat bersifat multifocal dan biasanya terjadi
pada klien dengan gizi buruk..
3.Atritis supuratif.
Atritis supuratif dapat terjadi pada bayi karena lempeng apifisis bayi
(yang bertindak sebagai barier)belum berfungsi dengan baik.Komplikasi
terutama terjadi pada osteomielitis hematogen akut di daerah metafisis
yang bersifat intra-kapsular (mis.., pada sendi panggul)atau melalui
infeksi metastatic.
4. Gangguan pertumbuhan.
Osteomielitis hematogen akutdapat menyebabakan kerusakan lempeng
epfisis sehinggaterjadi gangguan pertumbuhan ,tulang yang bersangkutan
menjadi lebih pendek .Pada anak yang lebih besar akan tejadi hyperemia
pada daerah metafisis yang merupakan stimulasi untuk tulang untuk tumbuh.Pada keadaan ini,tulang tumbuh lebih cepat sehingga terjadi pemanjangan tulang.
5.Osteomielitis kronis.Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan ,osteomeilitis akut akan menjadi osteomeilitis kronis
9. TERAPI
Pengobatan osteomeilitis terdiri atas;
1.Pemberian
antibiotik.Osteomeilitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik
saja.Pemberian antibiotik ditunjukan untuk mempersempit penyebaran
infeksi pada tulang sehat lainya,mengontrol eksaserbasi akut.
2.Tindakan
operatif.tidakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah
reda setelah pemberian dan rumatan antibiotik yang adekuat.operasi yang
di lakukan bertujuan untuk mengeluarkan semua jaringan nekrotik,baik
jaringan lunak maupun jaringan tulang(sukuestrum) sampai jarinngan sehat
sekitarnya.Selanjutnya dilakukan draenase dan irigasi secara kantinu
selama beberapa hari.Adakalanya di perlukan penanaman rantai antibiotik
di dalam bagian tulang yang infeksi sebagai deskompresi pada tulang dan
memudahkan antibiotik untuk mencapi sasaran dan mencegah penyebaran
osteomeilitis lebih lanjut.
10. PENATALAKSANAAN
Beberapa
prinsip penataalaksanaan klien osteomielitis yang perlu diketahui
perawat dalam melaksanakan asuhan keperwatan agar mampu melaksanakan
tindakan kolaboratif adalah sebagai berikut ;
1.Istirahat dan memberikan analgesic untuk menghilangkan nyeri
2.Pemberian cairan intravena dan kalau perlu tranfusi darah
3.Istirahat local dengan bidai dan traksi
4.Pemberian antibiotic secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu staphylococcus aureus sambil
menunggu biakan kuman.Antibiotik diberikan selama 3-6 minggu dengan
melihat keadaan umum dan endap darah klien.Antibiotik tetap diberikan
hingga 2minggu setelah endap darah normal.
5.Drainase
bedah. Apabila setelah 24 jam pengobatan local dan sistemik antibiotic
gagal (tidak ada perbaikan keadaan umum),dapat dipertimbangkan drainase
bedah.Pada draenase bedah, pus periosteal di evakuasi untuk mengurangi
tekanan intra-useus.Disamping itu , pus jg di gunakan untuk biakan
kuman.Draenase dilakukan selama beberapa hari dan menggunakan NaCL dan
antibiotic.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. FOKUS PENGKAJIAN
Pasien
yang datang dengan awitan gejala akut (misal: nyeri local,
pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus
disertai nyeri, pembengkakan, dan demam sedang. Pasien dikaji adanya
factor resiko (misal: lansia, diabetes, terapi kostikoroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya. Pasien
selalu menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan
perlindungan. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akaibat reaksi sistemik infeksi.
Pemerikasaan
fisik memperlihatkan adanya daerah imflamasi, pembengkakan nyata,
hangat yang disertai nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien
akan mengalami peningkatan suhu tubuh. Pada osteomielitis kronik,
peningkatan suhu tubuh mingkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam
hari.
Pengkajian. Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan sistem musculoskeletal
karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya komplikasi pada
tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi anamnesis riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian
psikososial.
1. Anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk mengetahui:
· Identitas:
nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomer
register, tanggal masuk rumah sakit, dan agnosis medis. Pada umumnya,
keluhan utama pada kasus osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk
memperolehpengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST:
Provoking Incident:
Hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah proses supurasi pada
bagian tulang. Trauma, hermatoma akibat trauma pada daerah metafisis,
merupakan salah satu factor predis posisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut
Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan bersifat menusuk.
Region, Radiation, Relief: Nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar
Severity (Scale)of Pain: Nyeri yang dirasakan klien secara subjek antara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4.
Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah bentuk pada malam hari atau siang hari.
· Riwayat penyakit sekarang.
Kaji adanya riwayat trauma faktur terbuka (kerusakan pembuluh darah,
edema, hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada
fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan
pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi bakteri
disebabkan oleh lingkungan bedah) dan pada osteomielitis kronis penting
ditanyakan apakah pernah mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi
perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya proses supurasi di
tulang.
· Riwayat penyakit dahulu. Ada
riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal
yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat
ditemukan adanya riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi
obat-obatan, pengobatan dengan imunosupresif.
· Riwayat psikososial spiritual.
Perawat mengkaji respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam kluarganya serta masyarakat, respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun
dalam masyarakat. Pada kasus osteomielitis akan timbul ketakutan terjadi
kecacatan dank lien harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulang. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu mtabolisme kalsium, konsumsi alcohol yang dapat mengganggu
keseimbangan, dan apakah klien melakukan olahraga. Klien
akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat karena klien
menjalani rawat inap. Dampak yang timbul pada klien ostiomielitis yaitu
timbul ketakutan akan kecacatan akibat prognosis penyakitnya, rasa
cemas, rasa tidak mampu melaksanakan aktifitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri)
2. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
Keadaan umum meliputi:
· Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada keadaan klien).
· Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus osteomielitis biasanya akut).
· Tanda-tanda vital tidak normal terutama pada osteomielitis dengan komplikasi septikimia.
· B1 (Breathing). Pada inspeksi, didapat bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapat suara napas tambahan.
· B2 (Blood). Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan S1 dan S2 tunggal, tidak ada mundur.
§ B3 (Brain). Tingkat kesadaran biasanya kompos mentis.
Ø Kepala : Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan tidak ada sakit kepala).
Ø Leher : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan, reflex menelan ada).
Ø Wajah : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk.
Ø Mata :
Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis (pada klien patah
tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien osteomielitis
yang desrtai adanya malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva
anemis.
Ø Telinga : Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
Ø Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Ø Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
Ø Status mental : Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya status mental tidak mengalami perubahan.
Ø Pemeriksaan saraf cranial :
ü Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.
ü Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.
ü Saraf III,IV,dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor.
ü Saraf V. Klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan reflex kornea tidak ada kelainan.
ü Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
ü Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
ü Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
ü Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
ü Saraf XII. Lidah simetris, tidak da deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
§ Pemeriksaan reflex : Biasanya tidak terdapat reflex patologis.
§ B4 (Bladder).
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik dan
berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada
system ini.
§ B5 (Bowel). Inspeksi
abdomen; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi: Turgor
baik, hepar tidak teraba. Perkusi: Suara timpani, ada pantulan gelombang
cairan. Auskultasi: Peristaltik usus normal (20 kali/menit).
Inguinal-genitalia-anus: Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran
limfe,tidak ada kesulitan defekasi.Pola nutrisi dan metabolisme.:Klien
osteomielitis harus mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-hari,seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya
untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi terhadap pola
nutrisi klien dapat membantu menentukan penyebab masalah muskuloskletal
dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat, terauma
kalsium atau protein. Masalah nyeri pada osteomielitis menebabkan klien
kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang. Pola
eliminasi: Tidak ada gangguan pola eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feces. Pada pola berkemih,
dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine.
§ B6 (Bone).
Adanya oteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan
osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik
klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka
disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
§ Look.
Pada osteomielitis hematogen akut akan ditemukan gangguan pergerakan
sendi karena pembengkakan sendi dan gangguan bertambah berat bila
terjadi spasme local. Gangguan pergerakan sendi juga dapat disebabkan
oleh efusi sendi atau infeksi sendi (arteritis septik). Secara umum,
klien osteomielitis kronis menunjukkan adanya luka khas yang disertai
dengan pengeluaran pus atau cairan bening yang berasal dari tulang yang
mengalami infeksi dan proses supurasi. Manifestasi klinis osteomielitas
akibat fraktur terbuka biasanya berupa demam, nyeri, pembengkakan pada daerah fraktur, dan sekresi pus pada luka.
§ Move.
Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (Mobilitas) atau
tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.
Pemeriksaan yang didapat adalah adanya gangguan/keterbatasan gerak sendi
pada osteomielitis akut.
Ø Pola
tidur dan istirahat. Semua klien osteomielitis merasakan nyeri sehingga
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur. Pengkajian yang dilakukan
adalah lama tidur, suasana, kebiasaan, dan kesulitan serta penggunaan
obat tidur.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
- Nyeri yang berhubungan dengan abses tulang, pertumbuhan tulang baru dan pengeluaran pus
- Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan proses pembentukan tulang baru, pengeluaran pus tirah baring lama dan penekanan lokal.
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, penurunan kemampuan tonus otot, demam dan malaise.
- Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan.
- Resiko tinggi trauma berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan.
- Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan.
- Gangguan citra diri berhubungan dengan deformitas, bau dari adanya luka.
- Defisiensi pengetahuan dan info berhubungan dengan kurang terpajan pengetahuan dan info tentang penyakitnya.
- Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit
3. RENCANA TINDAKAN DAN RASIONALISASI
Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri yang berhubungan dengan abses tulang, pertumbuhan tulang baru dan pengeluaran pus.
Tujuan : Nyeri berkurang, hilang , atau teratasi.
Kriteria Hasil : Secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji nyeri dengan skala 0-4
2. Atur posisi imobillisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri ditulang yang mengalami infeksi
3. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus.
4. Jelaskan dan Bantu klien terkait dengan tindakan pada nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.
5.
Ajarkan relaksasi : teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang
dapat mengurangi intensitas nyeri dan meningkatkan ralaksasi masase.
6. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
7.
Beri kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi
yang nyaman ( mis; ketika tidur, punggung klien diberi bantal kecil ).
8. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dab hubungkan dengan beberapa lama nyeri akan berlangsung.
9. Kolaborasi
Pemberian analgesic.
|
Nyeri
merupakan respons subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan
skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cidera.
Mobilisasi yang adekuat dapat mengurangi nyeri pada daerah nyeri sendi atau nyeri ditulang yang mengalami infeksi.
Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, pergerakan sendi.
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan tingkatan nonfarmakologi lain menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
Teknik ini melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang.
Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal-hal yang menyenangkan.
Istirahat merelaksasikan semua jaringan sehingga meningkatkan kenyamanan.
Pengetahuan tersebut membantu mengurangi dan dapat membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik
Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang.
|
Diagnosa Keperawatan 2 : Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan proses pembentukan tulang baru, pengeluaran pus tirah baring lama dan penekanan lokal.
Tujuan : Integritas jaringan membaik secara optimal.
Kriteria Hasil : Pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.Kaji kerusakan jaringan lunak
2.Lakukan perawatan luka :
Lakukan perawatan luka dengan teknik steril.
3.
Kaji keadaan luka dengan teknik membuka balutan dan mengurangi
stimulus nyeri, bila perban melekat kuat, peran diguyur dengan NaCl.
4. Lakukan pembilasan luka dari arah dalam keluar dengan caira NaCl.
5. Tutup luka dengan kasa steril atau kompres dengan NaCl yang dicampur dengan antibiotic.
6. Lakukan nekrotomi pada jaringan yang sudah mati.
7. Rawat luka setiap hari atau setiap kali bila pembalut basah atau kotor.
8.
Hindari pemakaian peralatan perawatan luka yang sudah kontak dengan
klien osteomielitis, jangan digunakan lagi untuk melakukan perawatan
luka pada klien lain.
9. Gunakan perban elastis dan gips pada luka yang disertai kerusakan tulang atau pembengkakan sendi
10. Evaluasi perban elastis terhadap resolusi edema
11.Evaluasi
kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan dan lakukan
perubahan intervensi bila pada waktu yang ditetapkan tidak ada
perkembangan pertumbuhan jaringan yang optimal.
12.Kolaborasi dengan tim bedah untuk bedah perbaikan pada kerusakan jaringan agar tingkat kesembuhan dapat dipercepat.
13. Pemeriksaan kulur cairan ( pus ) yang keluar dari luka.
14. Pemberian antibiotik/antimikroba
|
Menjadi data dasar untuk memberi informasi tentag intervensi perawatan luka, alat, dan jenis larutan apa yang akan digunakan.
Perawat luka dengan teknik steril dapat mengurangi kontaminasi kuman langsung kearel luka.
Menejemen membuka luka dengan mengguyur
larutan NaCl keperban dapat mengurangi stimulus nyeri dan dapat
menghindari terjadinya pendarahan pada luka osteomielitis konis akibat
perban yang kering oleh pus.
Teknik menbuang jaringan dan kuman diareal luka sehingga keluar dari areal luka.
NaCl merupakan larutan fisiologis yang
lebih mudah diabsorpsi oleh jaringan daripada larutan antiseptic. NaCl
yang dicampur dengan antibiotic dapat mempercepat penyembuhan luka
akibat infeksi osteomielitis.
Jaringan nekrotik dapat menghambat menyembuhan luka.
Memberi rasa nyaman pada klien dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan jaringan luka.
Pengendalian infeksi nosokomial dengan menghindari kontaminasi langsung dari perawatan luka yang tidak steril.
Pada
klien osteomielitis dengan kerusakan tulang, stabilitas formasi
tulang sangat stabil. Gips dan perban elastis dapat membantu
memfiksasi dan mengimobilisasi sehingga dapat mengurangi nyeri.
Pemasangan perban elastis yang terlalu kuat dapat menyebabkan edema pada daerah distal dan juga menambah nyeri pada klien.
Adanya
batasan waktu selama 7X24 jam dalam melakukan perawatan luka klien
osteomielitis menjadi tolak ukur keberhasilan intervensi yang
diberikan. Apabila masih belum mencapai criteria hasil, sebaikya
mengkaji ulang factor-faktor yang menghmbat pertumbuhan jaringan luka.
Bedah
perbaikan terutama pada klien fraktur terbuka luas sehingga menjadi
pintu masuk kuman yang ideal. Bedah perbaikan biasanya dilakukan
setelah masalah infeksi osteomielitis teratasi.
Manajemen
untuk menentukan antimikroba yang sesuai dengan kuman yang sensitive
atau resisten terhadap beberapa jenis antibiotic.
Antimikroba yang sesuai dengan hasil kultur
( reaksi sensitive ) dapat membunuh atau mematikan kuman yang
menginvasi jaringan tulang.
|
Diagnosa Keperawatan 3 :
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu
makan, penurunan kemampuan tonus otot, demam dan malaise.
Tujuan : Keseimbangan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
Klien mendemonstrasikan asupan makanan yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan dan metabolisme tubuh, peningkatan asupan makanan, tidak ada
penurunan BB lebih lanjut, menyatakan perasaan sejahtera.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Pantau
persentase jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan, timbang
BB tiap hari, catat hasil pemerikasaan protein total, albumin,
osmolalitas.
Berikan perawatan mulut setiap 6 jam. Pertahan kan kesegaran ruangan.
Rujuk kepada ahli diet untuk membantu makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit.
Dorong klien mengkonsumsi makanan lunak tinggi kalori tinggi protein
Berikan makanan lunak dengan porsi sedikit tapi sering yang mudah dicerna jika ada sesak nafas berat.
|
Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan
dari sasaran yang diharapkan
Bau yang tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan.
Ahli
diet adalah spesialisasi dalam hal nutrisi yang dapat membantu klien
yang dapat memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dengan
keadaan sakitnya, usia, tinggi, dan BB-nya.
Peningkatan
suhu tubuh meningkatkan metabolisme, asupan protein yang adekuat,
vitamin, mineral dan kalori untuk aktivitas anabolic dan sintesis
antibody.
Makanan lunak dengan porsi sedikit tetapi sering akan mengurangi sensasi nyeri sehingga mempermudah proses menelan.
|
Diagnosa Keperawatan 4 : Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan
Tujuan : Perawatan diri klien dapat terpenuhi
Kriteria Hasil :
Klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat
diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri, klien mampu
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan,
mengidentifikasi individu masyarakat yang dapat membantu
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
Ajak klien untuk berpikir positif tentang kelemahan yang dimilikinya. Berikan klien motivasi dan izinkan klien melakukan tugas, beri umpan balik positif.
Rencanakan tindakan untuk penurunan gerakan pada sisi yang sakit, seperti tempatkan makanan dan alat di dekat klien.
Identifikasi kebiasaan defekasi. Anjurkan klien untuk minum dan meningkatkan latihan.
|
Mebantu mengantisipasi dan merencanakan pertemuan untuk kebutuhan individual.
Klien dalam keadaan cemas dan tergantung. Ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan menjaga harga diri klien.
Klien
memerlukan empati. Tetapi perlu juga mengetahui bahwa dirinya harus
menjalani perawatan yang konsisten. Hal tersebut dapat meningkatkan
harga diri, memandirikan klien, dan menganjurkan klien untuk terus
mencoba.
Klien akan lebih mudah mengambil peralatan yang diperlukan karena levih ekat dengan sisi yang sakit.
Meningkatkan latihan dapat membantu mencegah konstipasi.
|
Diagnosa Keperawatan 5 : Resiko tinggi trauma berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan
Tujuan : Resiko terjadi trauma dapat dihilangkan
Kriteria Hasil : Pasien dapat menunjukan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Pertahankan tirah baring/ekstremitas. Berikan sokongan sendi di atas dan di bawah fraktur bila bergerak/membaik.
Letakkan papan di bawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik.
Pasien Dengan Gips/bebat
Sokong
fraktur dengan bantal atau gulungan selimut. Pertahankan posisi
netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir, pembebat, gulungan
trokanter, papan kaki.
Tugaskan petugas yang cukup untuk membalik pasien. Hindari menggunakan papan abduksi untuk mebalik pasien dengan gips spika.
Evaluasi pembebat ekstremitas terhadap resolusi edema.
Pasien Dengan Traksi
Pertahankan posisi/intregitas traksi (contoh: Buck, Dunlop, Pearson, Russel)
Yakinkan bahwa semua klem berfungsi. Minyaki katrol dan periksa tali tehadap tegangan. Amankan dan tutup ikatkan dengan plester perekat.
Pertahankan katrol tidak terhambat dengtan beban bebas menggantung; hindari mengangkat/menghilangkan berat.
Bantu meletakkan beban di bawah roda tempat tidur bila diindikasikan.
Kaji
ulang tahanan yang mungkin timbul karena terapi, contoh pergelangan
tidak menekuk/duduk dengan traksi Bruck atau tidak memutar di bawah
pergelangan dengan traksi Russel
Kaji intregritas alat fiksasi eksternal
Kolaborasi untuk mengkaji ulang foto/evaluasi.
Kolaborasi dalam pemberian/ pertahankan stimulasi listrik bila digunakan.
|
Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi atau penyembuhan.
Tempat
tidur lembut atau lentur dapat membuat deformasi gips yang masih
basah, mematahkan gips yang sudah kering, atau mempengaruhi dengan
penarikan traksi.
Mencegah
gerakan yang tidak perlu dan perubahan posisi. Posisi yang tepat dari
bantal juga dapat mencegah tekanan deformitas pada gips yang kering.
Gips
panggul/tubuh atau multipel dapat membuat berat dan tidak praktis
secara ekstrem. Kegagalan untuk menyokong ekstremitas yang digips
dapat menyebabkan gips patah.
Pembebat
koaptasi (contoh jepitan Jones-Sugar) mungkin dugunakan untuk
memberikan imobilisasi fraktur dimana pembengkakan jaringan
berlebihan. Seiring dengan berkurangnya edema, penilaian kembali
pembebat atau penggunaan gips plester mubgkin diperlukan untuk
mempertahankan kesejajaran fraktur.
Traksi
memungkinkan penarikan pada aksis panjang fraktur tulang dan
mengatasi tegangan otot/pemendekan untuk memudahkan posisi/penyatuan.
Traksi tulang (pen, kawat, jepitan) memungkinkan penggunaan berat
lebih besar untuk penarikan traksi daripada digunakan untuk jaringan
kulit.
Yakinkan bahwa susunan traksi berfungsi dengan tepat untuk menghindari interupsi penyambungan fraktur.
Jumlah beban traksi optimal dipertahankan. Catatan:
Memastikan gerakan bebas beban selama mengganti posisi pasien
menghindari penarikan beban berlebihan tiba-tiba pada fraktur yang
menimbulkan nyeri dan spasme otot.
Membantu posisi tepat pasien dan fungsi traksi dengan memberikan keseimbangan timabal balik.
Mempertahankan intregritas tarikan traksi.
Traksi
Hoffman memberikan stabilisasi dan sokongan kaku untuk tulang fraktur
tanpa menggunakan katrol, tali, atau beban, memungkinkan
mobilitas/kenyamanan pasien lebih besar dan memudahkan perawatan luka.
Kurang atau berlebihannya keketatan klem/ikatan dapat mengubah
tekanan kerangka, menyebabkan kesalahan posisi.
Memberikan
bukti visual mulainya pembentukan kalus/proses penyembuhan untuk
menentukan tingkat aktivitas dan kebutuhan perubahan/tambahan terapi.
Mungkin diindikasikan untuk meninngkatkan pertumbuhan tulang pada keterlambatan penyembuhan/tidak menyatu.
|
Diagnosa Keperawatan 6 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan.
Tujuan : Klien dapat menunjukan cara melakukan mobilisasi secara optimal.
Kriteria Hasil :
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuan, mengidentifikasi individu/masyarakat yang dapat membantu,
klien terhindar dari cedera.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam melakukan mobilisasi.
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
Atur posisi fisiologis meliputi:
· Kaji kesejajaran dan tingkat kenyamanan selama klien berbaring sesuai dengan daerah spondilitis.
· Atur
posisi terlentang dan letakkan gulungan handuk/bantal di area bagian
bawah punggung yang sakit dengan menjaga kondisi curvature tulang
belakan g dalam kondisi optimal.
· Sokong kaki bawah yang mengalami paraplegia dengan bantal dengan posisi jari-jari menghadap langit.
Lakukan latihan ROM
Ajak klien
untuk berfikir positif terhadap kelemahan yang dimilikinya. Berikan
klien motivasi dan izinkan klien melakukan tugas, memberi umpan balik
positif atas usahanya.
|
Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan untuk kebutuhan individual.
Klien dalam keadaan cemas dan tergantung sehingga hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan menjaga harga diri klien.
Memberikan data dasar tentang kesejajaran tubuh dan kenyamanan klien untuk perencanaan selanjutnya.
Mengurangi kemungkinan stimulus nyeri, kontraktur sendi dan memungkinkan untuk pergerakan optimal pada ekstremitas atas.
Posisi optimal untuk mencegah footdrop
yang sering terjadi akibat kondisi kaki yang jatuh.(posisi ekstensi)
terlalu lama di tempat tidur. Adanya bantala kan mencegah terjadinya
rotasi luar kaki dan mengurangi tekanan pada jari-jari kaki.
Latihan yang efektif dan berkesinambungan akan mencegah terjadinya kontraktur sendi dan atropi otot.
Klien
memerlukan empati. Tetapi perlu juga mengetahui bahwa dirinya harus
menjalani perawatan yang konsisten. Hal tersebut dapat meningkatkan
harga diri, memandirikan klien, dan menganjurkan klien untuk terus
|
Diagnosa Keperawatan 7 : Gangguan citra diri berhubungan dengan deformitas, bau dari adanya luka.
Tujuan : Citra diri klien meningkat
Kriteria Hasil :
Klien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang terjadi, mampu menyatakan penerimaan
diri, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan
cara yang akurat.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji perubahan persepsi dan hubungannya dengan ketidakmampuan.
Anjurkan klien mengekspresikan perasaan termasuk sikap bermusuhan dan marah.
Ingatkan kembali realitas bahwa klien masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sis yang sehat.
Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan.
Anjurkan orang terdekat mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya.
Bersama klien mencari laternatif koping yang positif.
Dukung perilaku atau usaha, seperti peningkatan minat atau partisispasi dalam aktivitas rehabilitasi.
Kolaborasi dengan ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi
|
Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
Menunjukan penerimaan, membantu klien untuk mengenal, dan memulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.
Membantu
klien melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai keseluruhan
tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai
menerima situasi baru.
Membantu meningkatkan perasaan harga diridan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
Menghidupkan kembali perasaan mandiri dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.
Dukungan perawat kepada klien meningkatkan rasa percaya diri.
Klien dapat beradptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu di masa mendatang.
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.
|
Diagnosa Keperawatan 8 : Defisiensi pengetahuan dan info berhubungan dengan kurang terpajan pengetahuan dan info tentang penyakitnya
Tujuan : Kilen dan keluarga dapat memahami tentang penyakitnya
Kriteria Hasil :
Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana
pengobatan, dan tanda kemajuan penyakit; mengekspresikan pengertian
tentang jadwal pengobatan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Diskusikan tentang pengobatan: nama, jadwal, tujuan, dosis, dan efek samping
Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatajn nyeri dan mobilitas.
Beri dukunagn psikologis agar klien menjalankan apa yang sudah disepakati.
|
Menjadi
data dasar bagi perawat untuk menjelaskan sesuai pengetahuan klien
dan dapat menghindari pembicaraan yang tidak perlu karena klien dan
keluarga sudah mengetahuinya
Memberi
pengetahuan dasar tentang obat-obatan yang akan digunakan sehingga
dapat mengurangi dampak komplikasi dan efek samping obat.
Membantu klien dan keluarga dalam penatalaksanaan perawatan klien osteomielitis
Meningkatkan kemauan klien dan keluarga tentang pentingnya perawatan di rumah.
|
Diagnosa Keperawatan 9 : Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit
Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
Klien mengenal perasaanya, dapat mengidentifikasi penyebab atau factor
yang mempengaruhinya, dan menyatakan ansietas hilang atau berkurang.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut.
Kaji tanda verbal dan nonverbal ansietas, dampingi klien, dan lakukan tindakan bila klien menunjukan prilaku merusak.
Hindari konfrontasi
Mulai lakukan tindakan untuk mengurangi ansietas. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.
Tingkatkan control sensasi klien.
Orientasi klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan ansietasnya.
Beri privasi kepada klien dan orang terdekatnya.
|
Ansietas yang berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung dan selanjutnya.
Reaksi verbal/non verbal dapat menunjukan rasa agitasi, marah, dan gelisah.
Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan.
Mengurang rangsangan eksteral yang tidak perlu.
Kontrol
sensasi klien (dalam mengurangi ketakutan) dengan cara memberikan
informasi tentang keadaan klien, menekankan penghargaan terhadap
sumber-sumber koping (pertahanan
diri) yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik
pengalihan, dan mempersiapkan umpan balik yang positif.
Orientasi dapat mengurangi ansietas.
Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
Memberi
waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan ansietas, dan
prilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien
untuk melakukan aktivitas dan pengalihan perhatian (mis: membaca) akan
mengurangi perasaan terisolasi
|
4. IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan intervensi.
5. EVALUASI
- Nyeri dapat teratasi
- Peningkatan integritas jaringan
- Keseimbangn nutrisi dapat terpenuhi
- Perawatan diri klien terpenuhi
- Resiko terjadi trauma dapat dihilangkan.
- Klien dapat menunjukan cara mobilisasi secara optimal.
- Citra diri klien meningkat
- Pengetahuan dan info tentang penyakit pasien terpenuhi
- Ansietas berkurang atau hilang
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn E, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mutataqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
NANDA. 2005. Diagnosa Keperawatan: Defini & Klasifikasi 2005-2006. NANDA International, Philadelphia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar